Ujian Di Dunia, Kemulian HambaNya Di Akhirat
Allah menciptakan kita, manusia, selalu dalam keadaan diuji. Tidak ada istilah di dalam dunia ini yang namanya nikmat.
Tidak ada kehidupan di dunia yang tanpa ujian. Jika Kita ingin menempati tempat yang tanpa ujian, itu namanya surga, Bukan di dunia!
Bahkan tanda tinggi iman seseorang, akan semakin tinggi ujiannya!
عن مصعب بن سعد، عن أبيه سعد بن أبي وقاص قال، قلت يا رسول الله أي الناس أشد بلاء؟ قال الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل،
صلبا اشتد بلاؤه، وإن يبتلى العبد على حسب دينه، فإن كان في دينه كان في دينه رقة ابتلي على حسب دينه، فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشي على الأرض وما عليه من خطيئة
Dari Mush'ab bin Sa'ad, dari ayahnya (Sa'ad bin Abi Waqqash), ia berkata, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya?" Beliau menjawab, "Para Nabi, kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya. Seorang hamba akan diuji sesuai kadar agamanya (keimanannya). Jika keimanannya kuat maka cobaannya pun akan semakin berat. Jika keimanannya lemah maka ia akan diuji sesuai dengan kadarnya imannya. Tidaklah cobaan ini akan diangkat dari seorang hamba hingga Allah membiarkan mereka berjalan di muka bumi dengan tanpa dosa." (HR. Ibnu Majah)
Ujian itu akan terus-menerus kita hadapi. Semakin kuat iman kita, semakin tinggi ujian kita. Itu adalah tanda iman.
Salah satu bukti semakin tinggi iman kita akan semakin berat ujian kita, setinggi-tinggi iman adalah iman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan seberat-berat ujian, adalah ujian yang dihadapi oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika yang paling dicintai oleh Allah, yang paling disayangi oleh Allah, yang paling mulia di sisi Allah yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam saja diuji, apalagi kita?
Di antara sebab adanya ujian adalah karena adanya perilaku dosa dan maksiat. Dan alhamdulillah, masih sebatas ujian, bukan menjadi semacam azab atau hukuman. Karena harusnya, orang yang bersalah itu dihukum. Tapi karena Allah Maha Penyayang kepada hamba-Nya, kepada umat Nabi Muhammad, Allah hanya menguji hamba-Nya, tanpa menghukum, agar hamba yang diuji itu
bisa segera sadar, bertaubat, dan memperbaiki diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saudara, kasusahan dan kesulitan yang kita hadapi itu sebabnya
adalah satu, yaitu karena urusan kita sama Allah belum beres.
Akhlak kita kepada Allah belum sempurna. Oleh karena itulah kita menghadapi berbagai macam ujian.
Kalau kita ingin menjadi orang yang dimuliakan Allah, maka kita harus menjadi hamba yang mulia di sisi Allah, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Ruum: 41)
Kerusakan, musibah dan bencana alam sudah nyata. Bukan hanya di negeri kita, tapi di belahan dunia lain pun lebih parah. Itulah kata Allah. Bencana yang terjadi itu disebabkan manusia. Maka jangan salahkan takdir.
Kalau kita mau bicara soal takdir, maka seharusnya kita berterima kasih kepada Allah karena Allah telah mentakdirkan kita sebagai orang Islam. Kita dilahirkan dengan beragama Islam.
Jadi semestinya kita jangan hanya mengingat takdir yang buruk, tapi kita juga harus selalu ingat takdir yang baik. Padahal jika kita bandingkan takdir yang baik dan yang buruk, tentu takdir baik yang
telah Allah berikan itu masih jauh lebih banyak ketimbang takdir buruk yang kita alami. Bahkan yang menurut pandangan kita itu adalah takdir yang buruk atau ujian, ternyata di dalamnya masih terdapat banyak kebaikan.
Apa kebaikan yang terdapat di dalamnya?
Takdir yang buruk itu kebaikannya adalah jika kita meng hadapinya dengan sabar, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Jika kita menghadapinya dengan sabar, maka Allah akan mengangkat derajat kita.
Rasulullah yang adalah sebaik-baik manusia, juga mengalami ujian yang paling berat. Ketika beliau sakit, kata Abu Musa al-Asy'an, sakitnya Rasulullah itu dua kali lipat daripada sakitnya orang biasa Tapi beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Kalau kita, sakit gigi saja sudah tidak mau ke masjid.
Persoalan yang kita hadapi itu adalah sebab perbuatan tangan kita sendiri. Maka jangan sekali-kali membuat kerusakan di muka bumi yang telah diperbaiki oleh Allah. Walaa tufsiduu fil 'ardhi ba'da ishlaahihaa.
Berarti Allah telah memberikan yang terbaik, tapi manusia tidak pernah merasa bisa bersyukur dengan apa adanya.
Padahal Allah sudah berjanji.
لين شكرتم لأزيدنكم ولين كفرتم إن عذاب الشديد
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Kenapa bisa seorang yang shaleh, dia bersyukur bukan hanya terhadap nikmat, tapi dia juga bisa mensyukuri ujian yang diberikan oleh Allah, karena tiga hal berikut :
Yang pertama, karena dia melihat ujian tersebut belum ujian orang lain.
Yang kedua, karena dia lihat bahwa inti daripada ujian itu adalah bahwa Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang begitu banyak.
Yang ketiga, bahwasanya Allah akan menaikkan derajatnya. Bahkan kata ulama, ada sebuah derajat di dalam surga, yang manusia tidak akan bisa mendapatkan derajat itu dari shalat malam atau dari shalat berjamaah, atau amalan shaleh lainnya yang begitu banyak, tapi derajat itu bisa dimiliki oleh orang-orang yang mendapatkan ujian kemudian ia bersabar dalam menghadapi ujian itu. "Innamaa yuwaffash-shaabiruuna ajrahum bighairi hisaab." Balasan Allah bagi orang-orang yang bersabar adalah tanpa batas. Allah akan memberikan balasan tanpa hitung-hitungan.
Saudara, kadang kita tidak biasa mensyukuri apa-apa yang sudah ada, bahkan kita keburu meminta kepada Allah apa-apa yang belum ada, yang belum kita miliki, padahal yang sudah kita miliki belum kita lunaskan syukur kita kepada Allah.
Syukurilah yang sudah ada, maka akan terjamin yang belum ada menjadi ada insya Allah. Itu adalah janji Allah!
Manusia memang kadang kurang senang dan kurang ber syukur dengan keadaannya. Yang sehat, stres, yang sakit, apalagi. Yang kaya, stres, yang miskin, apalagi. Yang jadi pejabat, stres, yang orang biasa, apalagi.
Jarang sekali manusia menerima keadaan yang dialaminya. Kita manusia tidak pernah bersyukur dengan apa adanya. Tapi kita malah terbalik. Kita malah sering bilang. "Kenapada saya diuji terus!"
Padahal orang yang shaleh itu selalu mengharapkan ujian. Mengapa mereka mengharapkan ujian?
Bukan karena ujiannya, tapi mereka mengharapkan ujian karena mereka tahu bahwa di balik ujian itu ia akan banyak mendapatkan keutamaan dan keberkahan
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Jika Allah mentakdirkan dengan hikmah-Nya membukakan satu pintu di hadapan kita, tapi karena rahmat-Nya Dia akan membukakan puluhan pintu yang bermanfaat bagi kita,"
وما أصبكم من مصيبة فيما كسبت أيديكم ويعفوا عن كثير
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. asy-Syuuraa: 30)
Tidak ada satu musibah pun yang kita hadapi melainkan pasti disebabkan perbuatan tangan kita sendiri. Tapi di sisi lain Allah banyak memaafkan.
Sekiranya kalau Allah tidak memaafkan kesalahan kita, artinya setiap orang yang bersalah wajib dihukum, maka pasti akan dihukum orang yang salah. Tapi bayangkanlah firman Allah ini, yaitu surah ke-35 ayat 45.
Mohon dihayati ayat ini!
Karena ayat ini menjelaskan kalau sekiranya Allah menghukum setiap manusia yang bersalah karena keadilan-Nya, niscaya tidak ada makhluk yang mampu hidup di muka bumi ini.
ولو يواجـد الله الناس بما كسبوا ما تـرك على ظهـرهـا من تابة ولكن يؤخرهم إلى أجل مسمى فإذا جاء أجلهم فإن الله كان بعبـاده بصيرا (ه)
"Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba Nya." (QS. Faathir: 45)
Sekiranya Allah langsung menghukum manusia setiap manusia melakukan kesalahan, setiap manusia berbuat dosa langsung di hukum oleh Allah, ada yang tidak melaksanakan shalat langsung dihukum oleh Allah, maka tidak akan ada makhluk yang mampu hidup di muka bumi ini. Tapi Allah masih memberikan kesempatan. Masih membukakan kepada kita pintu taubat. Masih diberikan ujian yang ringan supaya kita sadar dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka yang berlaku di sini adalah kasih sayang Allah.
Allah masih sayang sama kita, karena Allah banyak me maafkan banyak kesalahan kita. Tapi tetap saja kadang manusia tidak sadar.
Saudara, kalau kita melihat ujian yang dialami oleh Rasulullah, beliau mengalami ujian yang sangat berat.
Saat kecil, beliau telah ditinggal oleh orang tua dan kakeknya. Dan saat beliau hidup, beliau telah ditinggal mati oleh seluruh anaknya, kecuali Siti Fathimah, yang meninggal 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Tak hanya itu, saat menjalankan dakwahnya, beliau dihina, diusir, dicaci maki oleh kafir Quraisy, Rasulullah sangat mengharapkan pertolongan dari kakek dan pamannya, tapi mereka telah tiada.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berapa kali diancam, berapa kali dihina, berapa kali ingin diusir, bahkan beberapa kali ingin dibunuh, tapi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih bersabar.
Beliau melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana para sahabatnya disiksa oleh para pembesar kafir Quraisy. Sahabatnya berkata, "Wahai Rasulullah, angkatlah tanganmu, berdoalah supaya Allah habiskan para kafir Quraisy ini, dan Makkah bisa menjadi kota Islam."
Lalu apa kata Rasulullah?
"Aku memilih sabar."
Rasulullah memilih sabar.
Bahkan ketika sudah diwajibkan shalat, Rasulullah melaksana kan shalat di hadapan Ka'bah 2 rakaat, lalu apa yang terjadi? Saat beliau pada posisi sujud, datanglah para pembesar Quraisy dengan membuang sampah kotoran dari unta di atas kepala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Apakah Saudara pernah mengalami, saat Saudara sujud lalu ada orang yang datang kemudian membuang kotoran di kepala Saudara?
Tidak pernah, bukan? Berarti kita belum diuji.
Apakah kita telah kehabisan keluarga saat menghadapi musibah dan kesulitan?
Kalau belum, berarti kita belum diuji. Saya pernah bersilaturahim kepada seorang ibu yang sudah tua, dan ia mengalami sakit parah dan tidak bisa bergerak. la dirawat di rumah sakit. Saya menyampaikan silaturahim dan mendoakan, lalu saya bertanya, "Bagaimana keadaan Ibu?"
Apa jawabannya? Alhamdulillah...."
Yang menarik perhatian saya adalah, ucapan alhamdulillah dari mulutnya sangatlah menyentuh hati saya.
Saya pun bertanya lagi, "Ibu, alhamdulillah atas apa?"
Padahal sakitnya sudah parah dan ia sudah tidak bisa bergerak lagi. Ia juga sudah lama dirawat di rumah sakit. Bahkan anak anaknya tidak ada yang menemaninya.
Apa jawabannya?
"Alhamdulillah saya masih punya lidah, bisa berdzikir kepada Allah. Dan saya masih sadar, otak saya masih hidup dan sadar, sehingga saya tahu dan ingat waktu shalat, dan saya juga ingat waktu membaca Al-Qur'an." Subhanallah.
Berarti kita yang masih bisa berjalan menuntut ilmu ke majelis majelis ta'lim, alhamdulillah itu adalah nikmat besar, dan kita belum diuji. Kita bisa bangun pada pagi hari dalam keadaan sehat wal 'afiat, alhamdulillah itu adalah nikmat besar, berarti kita belum diuji.
Lihatlah ujiannya Rasulullah, barulah kita akan mampu menjadi hamba yang bersabar.
Mukmin yang kuat jauh lebih baik di sisi Allah daripada Mukmin yang lemah
ولا تقولوا لمن يقتل في سبيل الله أموت بل أحياة ولكن لا تشعرون ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصيرين ( الذين إذا أصبتهم مصيبة قالوا إنا لله وانا إليه رجعون " أولتيك عليهم صلوت من ربهم ورحمة وأولتهك فيهم
المهتدون
"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetayı kuru tidak menyadarinya. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. al-Baqarah: 154-157)
Ketika ditimpa musibah, hendaknya kita segera mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun."
Mengapa? Karena semua akan kembali kepada Allah
إن إليسا إياهم (5) ثم إن علينا حسابهم )
"Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguh nya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka." (QS. al Ghaasyiyah: 25-26)
Dunia ini bukanlah tempat kesenangan kita. Jika hari ini senang, pasti besok akan datang kesusahan. Jika hari ini sehat, pasti besok akan sakit. Jika hari ini nikmat, besok pasti akan menghadapi ujian Dunia ini bukanlah surga. Itulah yang wajib kita yakini.
Ada seseorang yang membawa saya jalan-jalan. Kami melewati daerah Menteng. Lalu dia berkata, "Indahnya rumah orang Menteng. Mewah-mewah dan bagus-bagus. Bahkan bebas banjir." Kemudian dia juga berkata, "Mana bagian saya waktu Allah membagi untuk mereka ini?"
Di situlah saya marah dan memberikan komentar saya, "Kamu sekarang berkata, 'Mana bagian dan nasibku saat Allah membagi dan menjadikan orang Menteng seperti ini,' tapi kamu tidak dapat maka sekarang saya akan tunjukkan bagian Allah yang lain."
Saya pun mengajak dia masuk ke rumah sakit. Di situ kami melihat bayi yang baru dilahirkan, dan bayi itu masih di antara hidup dan mati. Bagaimanakah perasaan orang tuanya. Kemudian kami melihat seorang ibu tua yang mengharapkan husnul khatimah, yang diuji dengan kulitnya yang hangus terbakar, bahkan keluarganya sudah tidak kuat lagi untuk merawat dan melayaninya. Belum lagi rumah sakit yang lain, belum lagi ujian-ujian yang lain.
Begitu saya membawa dia melihat kondisi dan keadaan hamba hamba Allah, saya bertanya kepada dia, "Mana bagian Allah untukmu di situ?"
Kenapa kita hanya melihat yang enak-enak saja? Tapi kita tidak melihat orang yang lebih parah dan lebih susah. Padahal kita tahu dan yakini, bahwa hikmah saat kita diuji adalah supaya doa kita jadi ikhlaaash
Saudara yang dirahmati Allah, saya yakin kalau bukan karena adanya para ulama, para kiyai yang mendoakan kita, bapak-bapak sang istiqamah mendirikan shalat malam di waktu malam, ibu-ibu yang selalu beristighfar di waktu sahur, anak-anak kita yang gemar membaca dan mempelajari Al-Qur'an, pasti musibah akan jauh lebih parah. Alhamdulillah, musibah yang kita alami masih sebatas banjir air, bukan banjir penyakit yang bisa merubah warna kulit kita. Juga bukan diserang oleh musuh yang membuat hancur rumah dan lingkungan sekitar kita, sebagaimana yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Suriah. Seorang ibu di Palestina, setiap ia menyediakan sarapan untuk anaknya yang mau berangkat sekolah. a selalu menangis, karena ia punya perasaan bisa saja anaknya menjadi korban serangan tentara Israel, sehingga anaknya pergi untuk selama-lamanya.
Bagaimana perasaan mereka yang selama puluhan tahun dalam keadaan seperti itu?
Ternyata kita belum diuji!
Bahkan manfaat jika kita mendapatkan musibah seperti banjir yang terjadi di Indonesia, kita bisa berdoa dan ikhlas. Karena saat kita dalam kondisi senang, bagaimanakah doa kita? Kita kadang berdoa tidak serius. Tapi ketika sedang susah, kita bisa berdoa dengan khusyuk. Kita akan menangis dalam berdoa, karena kita sudah tidak bisa ke mana-mana lagi
Ternyata Saudara, tetesan air mata yang jatuh karena kita ikhlas, akan Allah haramkan masuk neraka. Ternyata nangisnya jadi amat berharga. Tetesan air mata yang jatuh karena takut kepada-Nya amat berharga di sisi Allah.
Hikmah yang lainnya adalah, dengan adanya musibah yang terjadi seperti datangnya banjir, alhamdulillah terwujud kebersamaan. Barangkali Saudara kita yang terkena musibah banjir, sebelum datangnya musibah, tidak ada yang memperhatikan mereka. Tidak ada yang membagi rezeki untuk mereka. Tapi karena datangnya musibah, akhirnya kita jadi sama-sama peduli. Kita jadi sama sama berbagi. Kita jadi sama-sama saling memperhatikan. Kita jadi sama-sama saling sayang. Walaupun kita tidak mampu membantu dengan materi, dan dengan hal-hal lainnya yang kita tidak mampu tapi alhamdulillah kita masih bisa mendoakan mereka.
Ini apa artinya?
Ternyata musibah masih banyak membawa manfaat.
Ya Allah, Engkau benar-benar Maha Adil. Ya Allah, Engkau benar-benar Maha Kasih sayang. Engkau bisa memberikan kepada kami musibah, tapi musibah yang bisa membuat kami bersatu. Musibah yang bisa membuat kami saling memaafkan. Musibah yang membuat kami menjadi sabar dan bertaubat. Musibah yang bisa membuat kami kembali kepada-Mu, beribadah kepada-Mu dengan benar dan berdoa dengan ikhlas.
Saya tekankan kepada orang yang sedang menghadapi musibah, bacalah satu surah dari Al-Qur'an, dan silakan diulangi berkali-kali. Kemudian pelajarilah artinya, karena surah ini akan membukakan ratusan pintu kemudahan bagi yang membacanya.
Ayo kita baca surahnya!
Dia adalah surah Alam Nasyrah.
Allahu Akbar! Subhanallah. Setiap kesusahan, Allah akan berikan 2 jalan keluar!
Bagi orang yang sedang menghadapi musibah, jadikanlah mem baca surah Alam Nasyrah ini sebagai amalan.
Bacalah surah ini dengan perasaan yang beda, dengan meng hayati artinya, agar kita tahu, bahwa "fa inna ma'al 'usri yusraa." Dan sungguh, "inna ma'al 'usri yusraa."
ألم نشرح لك صدرك (1) ووضعنا عنك وزرك (2) الذي أنقض ظهرك و ورفعنا لك ذكرك (6) فإن مع العسر يترا (0) إن مع العسر يسرا (5) فإذا فرنين فأنصت " وإلى ربك فأرعب )
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Alam Nasyrah: 1-8)