[ RENUNGAN ] Refleksi Akhir Tahun 2019
Tak terasa kita sudah berada dipenghujung akhir tahun 2019, kebiasaan diseluruh belahan dunia pada umumnya dan di indoneasia pada khususnya menyambut malam pergantian tahun masehi ini dengan berbagaimacam perayaan seperti pesta kembang api dan foya-foya bahkan tidak sedikit dari remaja-remaja di negara +62 ini untuk menjadikan malam untuk berbuat bermaksiat, na'uzzubillah. Padahal pada dasarnya dengan berlalunya tahun maka maka usia kita akan semakin bertambah. yang berarti jatah hidup akan semakin berkurang.
Umur Ibarat Paket Data
Kalau saya mengibaratkan umur itu seperti paket data internet dimana setiap provider telah menentukan masa aktif. ada paket satu hari, tiga hari, seminggu dan bahkan sebulan. Jika dalam paket data sebulan kita sudah memakai sehari maka berarti berkuranglah masa pemakaian. demikianlah usia kita saat satu tahun telah lewat berarti semakin mendekati dengan yang namanya mati.
Memang, ada sabda Nabi saw. sebagai berikut: "Siapa saja yang suka dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya hendaklah ia bersilaturahmi." (HR al-Bukhari, Muslim, Abu dan Ahmad).
Abu Darda menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يُؤَخِرُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا، وَإِنَّمَا زِيَادَةُ الْعُمْرِ بِالذُّرِيَّةِ الصَّالِحَةِ يَرْزُقُهَا الْعَبْدَ، فَيَدْعُوْنَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ، فَيَلْحِقَهُ دُعَاؤُهُمْ فِيْ قَبْرِهِ، فَذَلِكَ زِيَادَةُ الْعُمْرِ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengakhirkan/menunda (kematian) seseorang jika telah datang ajalnya. Sesungguhnya bertambahnya umur itu dengan keturunan shaleh yang Allah karuniakan kepada seorang hamba, lalu mereka mendoakannya sesudah kematiannya sehingga doa mereka menyusulinya di kuburnya. Itulah pertambahan umur. (HR Ibn Abi Hatim dikutip oleh al-Hafizh Ibn Katsir di dalam tafsirnya QS. Fathir [35] : 11).
Selain anak shaleh, hadis lain menyatakan bahwa ilmu yang bermanfaat, sedekah jariah dan sunnah hasanah juga akan memperpanjang umur sosiologis seseorang. Pelakunya, meski telah mati secara biologis, seakan ia tetap hidup dan beramal dengan semua itu serta mendapat pahala karenanya. Dengan demikian, tidak ada gunanya lari dari maut. Maut juga tidak selayaknya ditakuti karena pasti datangnya. Sikap takut akan mati dan berupaya lari dari maut yang pasti datang bisa dikatakan sebagai sikap bodoh dan upaya yang sia-sia. Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menyongsong datangnya maut dan memelihara diri supaya maut itu datang dalam kondisi kita sedang menunaikan ketaatan sehingga kita mendapatkan husnul khatimah. Ibnu Umar meriwayatkan, Rasul saw. pernah ditanya, siapakah Mukmin yang paling cerdas? Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لَهُ اِسْتِعْدَادًا قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ بِهِمْ أُوْلَئِكَ مِنْ اْلأَكْيَاسِ
Mereka yang paling banyak mengingat maut dan paling baik persiapannya untuk menghadapi maut itu sebelum turun kepada mereka. Mereka itulah yang termasuk Mukmin yang paling cerdas. (HR Ibn Majah, al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Nu’aim dan ath-Thabrani).
Keberkahan umur itulah yang kita harapkan, bukan panjang usia hingga ratusan tahun ala para pencari obat ajaib agar tetap awet muda. saya teringat sebuah isi kitab dari Al Ghazali di Ihya ‘Ulumuddin dari Abdul Aziz bin Rawwad bermimpi meminta wasiat dari rasulullah dan minta di beri nasihat lalu rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”walau ada sebagian yang meragukan hadist ini. karena tidak langsung di ucapkan rasulullah di dunia nyata. terlepas dari hal itu saya hanya mengambil maksud baik dari isi mimpi itu. wallahu a'lam bishawab